Eksplorasi Tafsir Al-Quran: Peran Nilai-Nilai Akidah dalam Al-Quran Terhadap Pembentukan Karakter Generasi Muda
Eksplorasi Tafsir Al-Quran: Peran Nilai-Nilai Akidah dalam
Al-Quran
Terhadap Pembentukan Karakter Generasi Muda
Oleh: M. Hafidz Ilham Rosyadi
FITK Prodi PAI UIN Malang
Al-Qur'an, sebagai kitab suci dalam agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai akidah umat Muslim. Kitab suci ini bukan hanya merupakan panduan dalam beribadah, tetapi juga menyiratkan ajaran-ajaran moral dan etika yang mendalam. Oleh karena itu, dalam eksplorasi tafsir Al-Qur'an ini, kita akan menggali kontribusi nilai-nilai akidah yang terkandung dalam Al-Qur'an terhadap pembentukan karakter individu dan masyarakat.
Dalam konteks ini, kita akan menjelajahi bagaimana
ajaran-ajaran Al-Qur'an memengaruhi perilaku, sikap, dan tindakan manusia,
serta bagaimana nilai-nilai akidah tersebut menjadi landasan yang kokoh bagi
pengembangan karakter yang baik dalam pandangan Islam. Dalam tulisan ini, kita
akan membahas konsep akidah, relevansinya dengan karakter, dan bagaimana
pemahaman tafsir Al-Qur'an dapat membantu menguatkan dan merajut hubungan erat
antara akidah dan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Semua ini bertujuan
untuk lebih memahami peran Al-Qur'an dalam membentuk karakter yang kokoh dan
moral yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ajaran Islam, terdapat sebuah prinsip penting yang
menggarisbawahi peran taqwa dalam membentuk karakter individu dan
masyarakat. Ayat di beberapa halaman akhir surah Al-Baqarah (وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۖ وَیُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ
شَیۡءٍ عَلِیمࣱ) menekankan perlunya
meningkatkan taqwa kepada Allah sebagai langkah pertama dalam memperoleh
pengetahuan atau ilmu. Ini menggambarkan bahwa taqwa harus didahulukan
daripada ilmu.
Ciri orang bertaqwa mencakup dua aspek penting, yaitu adab
kepada Allah dan adab kepada sesama makhluk. Adab kepada Allah mencakup
berbagai tindakan baik, seperti menata bangun, beristighfar, mengelola keuangan
dengan etika yang baik, selalu yakin atas kemahakuasaan Allah Ta'ala atas
segala sesuatu. Hal ini tecermin dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 15 - 23 (إِنَّ ٱلۡمُتَّقِینَ فِی جَنَّـٰتࣲ وَعُیُونٍ). Selain itu, adab
kepada sesama makhluk melibatkan perilaku baik terhadap orang lain, seperti
berinfak saat dalam keadaan lapang atau sempit, memaafkan kesalahan orang lain.
Sebagaimana disebutkan dalam pertengahan juz 4 pada Surah Ali Imran ayat 134 (الذين ينفقون في السراء و الضراء).
Mengapa adab didahulukan daripada ilmu? Karena adab adalah sikap
moral yang membimbing perilaku, dan ketika seseorang memiliki pengetahuan tanpa
adab yang baik, dampaknya bisa lebih merusak daripada yang tidak memiliki
pengetahuan. Contoh nyata adalah korupsi, yang sering kali melibatkan individu
berilmu, tetapi tanpa adab yang baik.
Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, adab didahulukan sebelum ilmu. Hal ini karena adab merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu, dan penekanan pada adab disebutkan secara khusus untuk membedakan antara ilmu yang membawa nilai-nilai etika (adab) dan ilmu dalam makna umum. Para ulama menyebut prinsip ini dengan الأدب فوق العلم. Dengan cara ini, Islam mengajarkan pentingnya karakter yang baik sebagai landasan bagi pertumbuhan pengetahuan yang bermanfaat.
Ruang lingkup pembahasan akhlak ini sangatlah luas karena mencakup
seluruh bagian kehidupan manusia, mulai dari bagian hubungan manusia kepada
Allah, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak terhadap orang lain. (La Iba,
2017: 142). Dalam QS. Luqman ayat 13-19 telah dijabarkan secara garis besar
terkait pendidikan akhlak yang dalam pembahasan QS. Luqman termaktub cara
Luqman dalam mendidik putranya. Pendidikan tersebut meliputi:
1.
Akhlak kepada Allah Swt.
Nasihat pertama yang disampaikan Luqman
kepada anaknya adalah terkait keimanan kepada Allah, yakni dengan kalimat, “Wahai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah.” Luqman adalah anak Anqa ibnu Sadun,
memiliki seorang putra bernama Saran, menurut sebuah riwayat yang disampaikan
oleh Imam Baihaqi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berbicara tentang Luqman dengan
penuh pujian, memberikan kebijaksanaan padanya. Luqman memberikan nasihat
kepada putranya yang sangat dicintainya dengan berbagi pengetahuan terdalam
dari hatinya.
Oleh karena itu, nasihat pertama
yang diberikan kepada putranya adalah pentingnya menyembah Allah semata,
menjauhi penyekutuan dengan-Nya, dengan menekankan bahwa menyekutukan Allah
merupakan kezaliman besar seperti yang dinyatakan dalam Luqman: 13, "إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ." (Ibnu Katsir, 1998: 300) Diriwayatkan bahwa
putra Luqman dahulu ini adalah orang kafir. Lalu, setelah mendengar nasehat
dari Luqman terkait larangan menyekutukan Allah, ia lantas memeluk Islam
(Al-Mahalli dan As-Suyuthi, tt: 541)
Jika kita memperhatikan lebih teliti
lagi, pada ayat tersebut, Luqman memanggil anaknya dengan panggilan “wahai
anakku.” Ahmad Musthofa dalam tafsirnya Al-Maroghi menafsirkan bahwa panggilan
Luqman dengan panggilan “wahai anakku” ini menunjukkan betapa belas kasihan dan
cintanya Luqman kepada anaknya. (Ahmad Musthofa Al-Maroghi, 1974:
153)
2.
Akhlak kepada
kedua Orang Tua
Setelah Luqman menasihatkan kepada
anaknya agar tidak menyekutukan Allah, yang perlu ditekankan adalah nasihat
agar putranya berbakti kepada kedua orang tua. Kalau kita memperhatikan, Allah
sering menggandengkan perintah untuk menyembah-Nya dengan perintah untuk
berbakti kepada orang tua, seperti dalam QS. Al-Isra’: 23 dan QS. Al- An’am:
151. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya akhlak kepada kedua orang tua,
hingga menempati posisi kedua setelah perintah menyembah Allah. Bahkan, apabila
kedua orang tua yang memiliki keyakinan agama berbeda dengan Islam mengajak
untuk menyekutukan Allah, kita harus menjaga keyakinan akidah kita agar tetap
dengan keimanan kepada Allah dengan tidak mengikuti agama mereka. Namun, di samping
itu, kita diharuskan untuk mempertahankan sikap penuh kasih dan penghormatan
kepada kedua orang tua, yakni dengan melakukan kebaikan kepada mereka selama di
dunia ini. (Ibnu Katsir, 1998: 300)
3.
Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Nasihat Luqman mengenai amal saleh
berkaitan dengan pendidikan kepada anaknya tentang konsekuensi dari perbuatan.
Dalam konteks ini, Al-Qur'an menunjukkan salah satu mukjizatnya, yaitu Allah
menganggap amal manusia sekecil biji sawi. Terlepas dari seberat apa pun amal
baik atau buruk itu, Allah tetap memperhatikannya, bahkan jika amal tersebut
tersembunyi dalam tempat yang tidak terlihat seperti dalam batu besar, di
tempat tinggi seperti langit, atau di tempat terendah seperti bumi. Dalam hal
ini, Allah akan memberikan balasan yang sesuai, baik itu berupa balasan yang
baik jika amalnya baik, atau balasan yang buruk jika amalnya buruk. Selanjutnya,
Luqman memberi beberapa nasihat yang masih berkaitan dengan akhlak terhadap
diri sendiri.
Pertama, shalat memiliki
peran penting dalam memperkuat diri dan memperdalam hubungan dengan Allah. Ini
juga berfungsi untuk menguatkan rasa syukur terhadap nikmat dan perlindungan
yang diberikan Allah. Oleh karena itu, shalat harus dilakukan dengan
penuh khusyuk sesuai dengan tuntunan yang Allah ridhai. Melalui shalat,
kita mencari keridhaan Allah dan menghindari perbuatan dosa. Selain sebagai
ibadah kepada Allah, shalat juga merupakan cara untuk mencapai kedamaian
dan ketenteraman. Oleh karena itu, dalam mendidik anak-anak, kita harus lebih
dari sekadar menyuruh mereka shalat, tetapi juga mengajarkan mereka
untuk menjauhi perbuatan dosa sebagai bentuk rasa nyaman dan tentram dalam
ketaatan kepada Allah.
Kedua, amar ma'ruf nahyi mungkar,
yaitu mendorong anak untuk berbuat baik sesuai dengan ajaran agama dan mencegah
perbuatan yang dilarang. Hal ini adalah pendidikan penting agar anak bisa
berperan aktif dalam berbuat kebaikan sesuai dengan nilai-nilai agama. Amar
ma'ruf adalah ajakan untuk membawa kesadaran dan perubahan yang lebih baik,
baik secara individu maupun sosial.
Ketiga, mendidik anak untuk bersikap
sabar adalah penting agar mereka memiliki stabilitas emosional. Ini
memungkinkan mereka untuk menghadapi cobaan dengan sabar, tidak putus asa saat
menghadapi kegagalan atau kesulitan. Sabar merupakan aspek penting dalam
pendidikan anak.
4.
Akhlak kepada Orang Lain
Nasihat selanjutnya yang diberikan
Luqman kepada anaknya adalah tentang muamalah, yaitu cara berhubungan dengan
sesama manusia dan lingkungan sekitar. Ayat-ayat dalam Surat Luqman, yaitu ayat
18-19, mengandung pesan mengenai etika dan sopan santun dalam berinteraksi
dengan sesama manusia. Al-Qur'an memberikan banyak panduan yang mencakup
berbagai aspek, termasuk informasi, perintah, dan larangan terkait perlakuan
terhadap sesama manusia. Al-Qur'an menekankan bahwa setiap individu seharusnya
diperlakukan dengan adil karena di mata Allah, semua manusia adalah sama dan
setara. Hanya iman dan takwa yang membedakan derajat manusia di hadapan-Nya (M.
Quraish Shihab: 194). Selanjutnya, Luqman memberi beberapa nasihat yang masih
berkaitan dengan akhlak terhadap orang lain.
Pertama, ia menekankan agar tidak
memalingkan muka saat berbicara dengan orang lain, karena hal itu adalah tanda
sombong dan meremehkan. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk berbicara dengan
muka yang berseri dan gembira tanpa rasa sombong.
Kedua, Luqman menasihatkan untuk
tidak berjalan di bumi dengan angkuh dan menyombongkan diri karena sikap
demikian cenderung menunjukkan keangkuhan. Sebaliknya, berjalanlah dengan sikap
sederhana, yang mencerminkan rasa rendah hati. Firman Allah Ta'ala yang berbunyi, "Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh," menekankan pentingnya untuk tidak
bersikap angkuh ketika berjalan. Kata "مرحا" dalam ayat ini
mengandung makna kesombongan dan keangkuhan. Dalam ilmu nahwu, kata ini
digunakan sebagai mashdar dalam posisi hal. kata ”مرحا”
menjelaskan makna berjalan dengan semangat dan bangga diri, yakni secara
sembrono tanpa tujuan yang jelas atau tanpa alasan yang tepat. Orang yang
berperilaku seperti ini cenderung memiliki sifat sombong dan angkuh, terutama
dalam cara mereka berjalan. (Al-Qurthubi, 2006: 482)
Ketiga, Allah tidak menyukai orang
yang angkuh, merasa kagum pada diri sendiri, dan bersikap sombong terhadap
orang lain. Hal ini mengacu pada sikap mukhtal dan fakhur, yang
mencerminkan kesombongan dalam tingkah laku dan ucapan.
Keempat, Luqman menasihatkan untuk
mengurangi kekerasan suara dan cara bicara yang berlebihan. Sikap yang lebih
tenang dan berwibawa dalam berbicara lebih mudah diterima oleh orang lain.
Semua nasihat ini menunjukkan pentingnya rendah hati, sikap sederhana, dan
komunikasi yang baik dalam berinteraksi dengan sesama.
·
Penerapan Ajaran Luqman untuk
Generasi Muda
Dalam dunia yang makin modern dan terkoneksi, generasi muda dihadapkan
pada sejumlah permasalahan yang membutuhkan panduan moral dan etika dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Penulis akan mengeksplorasi bagaimana ajaran
Luqman, seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat menjadi solusi bagi
permasalahan-permasalahan ini. Mari kita mulai dengan melihat beberapa
permasalahan yang dihadapi generasi muda saat ini. Beberapa permasalahan yang
dihadapi generasi muda saat ini:
1.
Krisis Nilai-Nilai Keislaman
Generasi muda sering menghadapi tantangan dalam menjaga nilai-nilai
Islam di tengah lingkungan yang cepat berubah. Ajaran Luqman tentang akhlak
kepada Allah dan menjauhi penyekutuan Allah memberikan landasan kuat dalam
menghadapi krisis nilai-nilai ini dan memperkuat iman.
2.
Konflik dengan Orang Tua
Permasalahan konflik antara generasi muda dan orang tua sering kali
muncul. Pesan Luqman tentang berbakti kepada kedua orang tua adalah solusi
penting untuk membangun harmoni dalam hubungan keluarga dan mengatasi konflik tersebut.
3.
Berakhlak Saat Bermedsos
Generasi muda cenderung
terperangkap dalam identitas digital. Pesan Luqman mengenai akhlak terhadap
diri sendiri dan menjauhi perbuatan dosa adalah kunci untuk menjaga etika online
dan membangun identitas digital yang sehat.
4.
Pengaruh Media Sosial
Ajaran Luqman tentang komunikasi yang baik dan rendah hati dapat
membantu generasi muda menghindari efek negatif media sosial dan menjaga
kesehatan mental dalam dunia yang sering kali penuh tekanan dan perbandingan
sosial. Di antaranya adalah:
a.
Menghindari ghibah (bergosip):
Ajaran Luqman juga mengajarkan untuk menghindari ghibah, yaitu berbicara
buruk tentang orang lain di belakang mereka. Di media sosial, ghibah
sering terjadi dalam bentuk berbagai komentar negatif dan tuduhan tanpa dasar.
Luqman mengingatkan untuk menjauhi praktik-praktik ini dan berbicara dengan
baik tentang orang lain.
b.
Menjaga kesehatan mental: Luqman
juga mendorong generasi muda untuk menjaga kesehatan mental mereka. Media
sosial dapat menjadi tempat, di mana tekanan sosial dan perbandingan dapat
merusak kesehatan mental. Ajaran Luqman mengajarkan pentingnya berpikir
positif, menjaga keseimbangan dalam hidup, dan menghindari praktik-praktik yang
dapat merusak kesehatan mental.
5. Kesenjangan Sosial dan Kepedulian Sosial
Generasi
muda sering berjuang untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ingin berkontribusi
pada perubahan positif di masyarakat. Pesan Luqman tentang berinteraksi dengan
sopan santun dan adil terhadap sesama manusia, serta amar ma'ruf, memberikan
arahan untuk berperan aktif dalam memerangi ketidaksetaraan sosial.
Dengan mengambil inspirasi dari ajaran Luqman, generasi muda dapat
menghadapi permasalahan mereka dengan lebih baik. Mengintegrasikan akhlak dan
nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari akan membantu mereka menjadi
individu yang bermartabat, menjaga keseimbangan dalam era digital, dan
berkontribusi positif dalam masyarakat.
Daftar Pustaka
Katsir,
Ibnu. (1998). Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim. Jiid. 6 Cet. l, Beirut: Dar
Al-Kotob Al-Ilmiyah.
Al-Qurthubi.
(2006). Al- Jami’ Al- Ahkam Al-Qur’an, Jilid. 16, Cet. 1, Beirut:
Al-Risalah.
Al-Mahalli, Jalaluddin. As-Suuyuthi,
Jalaluddin. (TT) Tafsir Jalalain, Beirut: Darul Ma'rifah,
Al-Maraghi,
Ahmad Mustafa, (1974) Tafsir al-Maraghi, Juz. 21, diterjemahkan oleh
Bahrun Abu Bakar, dkk. Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi.
Shihab,
M. Quraish, (1996), Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.
Iba, L. (2017). Konsep Pendidikan Akhlak
Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Luqma> N Ayat
12-19). al-Iltizam: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(2),
128-145.