Hubungan Santri dan Pesantren
Hubungan Santri dan Pesantren
Oleh : Indah Cahya Wulandari ( Musyrifah PPQ SMP Islam Terpadu Permata Surabaya)
Di era seperti ini amat penting bagi
para pelajar untuk terus berkembang dan berdayaguna bukan perihal akan menjadi apa, namun akan menjadi seperti
apa. Bukan hanya otak yang harus diasah namun juga akhlak serta adab.
Banyak sekali orang yang cerdas namun tak bisa bijak menggunakan kecerdasannya, maka dari itu tak
heran jika banyak
yang memilih pesantren sebagai markas pembentuk jati
diri, mulai dari nilai umum hingga nilai spiritual. Orang yang tinggal di
pesantren biasanya dijuluki dengan nama "Santri" .
Kehidupan seorang santri sangatlah erat
dengan solidaritas yang tinggi, selain berhubungan dengan manusia yang disebut
dengan hablum minannas santri juga mampu berhubungan baik dengan Allah SWT yang
biasa disebut dengan hablum minallah. Dengan lingkup yang seperti ini maka tak
heran jika ucapan, perkataan, dan quote yang diucapkan menjadi motivasi yang
berunsur islami.
Pesantren kini mulai berkembang dari
yang dulu hanya belajar kitab kuning atau menghafal di sebuah langgar dan
musholla, kini telah menjadi berbagai macam inovasi seperti, ada yang berbasis
modern dengan pendidikan bertaraf Nasional, ada yang bertaraf internasional,
ada yang berbasis modern dengan bertaraf salafinya dan ada pula unit
pengembangan dari rumah seperti Madrasah Diniyah dan rumah tahfidz.
Kegaduhan dan keramaian sehari-hari
seolah menjadi teman yang nyata bagi para santri. Lantunan Kalam ilahi yang tak
pernah henti terdengar seakan menjadi kebutuhan, menolong teman yang sudah
dianggap menjadi saudara adalah suatu keharusan bagi mereka, dan mengabdi
kepada guru adalah suatu yang amat dijunjung tinggi bagi seorang santri.
Berbagai ujian, tantangan, serta cobaan berulang kali menerjang mereka, Namun
semua itu tak bisa melemahkan i'tikad kuat seorang santri, yang ada justru
semakin menguatkan. Maka seperti itulah hakikat hubungan santri dan pesantren
yang dimana menjadi support sistem terbaik baik dhohir maupun batin.
Begitupula dengan Pondok Pesantren
Qur'an Permata Surabaya, yang mendidik dengan penuh ketulusan, mengayomi dengan
penuh keikhlasan, dan selalu berusaha mengembangkan beragam aktivitas dan
kreativitas santri. Kini Pondok Pesantren Qur'an Permata muncul sebagai gagasan baru membentuk generasi yang
bertaqwa dan berkarakter pemimpin, memperkuat pembelajaran agama Islam dengan
menambah kurikulum diniyah atau Pesantren, membina karakter atau akhlak islam
dan ibadah kepada peserta didik secara bertahap menuju terbentuknya generasi pemimpin
yang bertaqwa, dan mengajarkan keterampilan hidup secara khusus dalam
keterampilan berbahasa Inggris dan Arab serta keterampilan entrepreunership.
Tak banyak yang mengetahui dan memahami
bagaimana kehidupan sebuah pesantren, terutama di Pondok Pesantren Qur'an Permata
Surabaya, mungkin dari usia memang sangat belia namun di dalamnya banyak sekali kepercayaan tentang terwujudnya jutaan mimpi
dan harapan, seperti terwujudnya
salah satu impian santriwati kelas 9 yang telah menuntaskan hafalan 30 juz dalam kurun waktu 2 tahun dan 1 tahun setengah dengan nama
Hanifah Alimatuz Zahrah dan Hayyi' Lana Min Amrina Rosyada Tohari.
Salah satu pesan yang berkesan dari ibu
nyai Nur Ishmah pengasuh pondok Yanbu'ul Qur'an Kudus bagi para penghafal
Al-Qur'an yaitu "Hafalan Alquran adalah fadhol atau anugerah dari Allah
yang tidak didapat kebanyakan orang. Dapat menjadi seorang penghafal Al-Qu'ran
yang selesai 30 juz, bukanlah karena cerdasnya penghafal, bukan pula karena
alimnya guru, tetapi karena Allah. Selain sebagai anugerah, hafalan Al-Qur'an
merupakan nikmat dari Allah." Maka dari itu, cintailah proses, maka kamu
akan mencintai hasilnya, dan ikhlas dalam menghafal Al-Qur'an adalah bentuk
mencintai proses yang paling sempurna.***