Artikel


Kalender

Desember 2024

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31

Profil YPIP Surabaya


Program PPQ SMPIT Permata


Amanah

Amanah

Oleh : Nisfa Nur Aini, S.Pd  (Wali Kelas 3A)


Amanah

 

Karya : Nisfa Nur Aini, S.Pd.

 

Menerima hal yang baru dalam kehidupan kita memang bukan suatu perkara yang mudah. Namun, bukankah sudah menjadi suatu kepastian bahwa semua akanberubah. Tidak ada hal di dunia ini yang bersifat kekal. Kita hanya mempunyai dua pilihan yaitu menerima semua perubahan itu atau menolaknya. Tentu kedua pilihan tersebut ada konsekuensinya. Menerima artinya kita mencoba untuk berdamai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan menolak, berarti kita harus siap untuk berperang.

 

Kali ini, saya mencoba menerima perubahan yang ada. Bukan dari awal, namun mencoba berdamai setelah dua bulan menjalaninya. Berdamai dengan keadaan, kondisi, dan orang orang baru yang hadir dalam perjalanan dakwah pendidikan saya. Sebuah amanah baru, yang cukup membuat hati bergetar dan menimbulkan rasa takut. Keluar dari zona nyaman yang selama ini membuat cukup terlena.

 

Wali kelas tiga, itulah amanah baru dalam dunia dakwah pendidikan yang saya terima tahun ini. Setelah bertahun-tahun abadi menjadi wali kelas satu, akhirnya saya naik menjadi wali kelas tiga. Hantaman terbesar saat itu yang saya rasakan adalah munculnya rasa takut dan ketidak percayaan diri.

 

Ketakutan yang sangat besar tentang suatu hal yang bahkan belum tentu terjadi yaitu tidak dapat diterima dan bekerjasama dengan baik dengan anak-anak dan orang tua mereka. Tidak percaya diri dalam membangun sinergi yang bagus dengan orang tua karena ada bayang bayang para wali kelas hebat di tahun-tahun sebelumnya.

 

Allah itu sesuai prasangka hambanya, itulah kemudian yang terjadi dalam dua bulan perjalanan menjadi wali kelas tiga. Ketakutan saya diawal pemberian amanah itu terjadi. Dibandingkan, ditolak, dikritik menjadi mimpi buruk dalam dua bulan ini. Menangis dan mengeluh, itulah aktifitas terbaru saya.

 

Sampai suatu hari, Allah ingatkan saya dengan cara terbaiknya. Siang itu, tiba-tiba anak ideologisku di tahun sebelumnya datang ke kelasku. Dia mengambil sapu ditanganku dan melanjutkan kegiatanku membersihkan kelas. Saya kaget lalu bertanya kepadanya, “Mengapa kamu mau melakukannya mas?”. Dia pun menjawab, “Tidak papa us, aku mau bantu aja. Aku kasihan lihat ustazah piket sendiri. Dulu kalau kita piket sering dibantu ustazah”. Hatiku terenyuh mendengar kalimat itu keluar. Hal itu membuatku tersadar bahwa hal yang menurutku remeh karena biasa kulakukan cukup memberikan efek yang mendalam untuknya.

 

Hal penting yang dapat saya ambil dari kejadian tersebut adalah salah satu cara mendidik terbaik yaitu dengan memberikan teladan. Anak-anak banyak mendengar dan melihat apa yang terjadi di sekitar mereka. Mungkin, mereka tidak akan melakukan apa yang kita inginkan saat itu juga. Tapi yakinlah, bahwa mereka merekam semuanya.

 

Tugas utama kita sebagai pejuang dakwah pendidikan hanya mendidik dengan hati, memberikan teladan, dan menyebut di dalam doa. Fokus mendidik pada anak-anak kita. Bukan pada perasaan dan rasa nyaman kita saja. Amanah yang kita dapatkan adalah takdir terbaik yang Allah berikan. Lakukan dan jalani dengan penuh tanggung jawab.

 

Cari